Di tempat-tempat di dekat sumber air, sering kita temukan
kelompok tumbuhan kecil yang menyerupai beludru berwarna hijau. Tumbuhan itu
biasa kita sebut lumut (Bryophyta). Kata Bryophyta berasal dan bahasa Yunani,
yaitu bryos = lumut dan phyta = tumbuhan. Tumbuhan lumut diduga merupakan
tumbuhan darat pertama yang merupakan hasil evolusi ganggang Charophyta sekitar
500 juta tahun yang lalu.
Lumut merupakan tumbuhan kecil yang umumnya berukuran kurang dan
20 cm. Meskipun begitu, tumbuhan lumut sudah lebih maju dibandingkan ganggang.
Mengapa demikian? Lumut sudah memiliki beberapa ciri tumbuhan sejati yang
merupakan bentuk adaptasi untuk hidup di darat. Ciri-ciri tersebut, antara lain
adanya lapisan lilin pada kutikula untuk melindungi daun, stomata sebagai
tempat pertukaran gas, dan gametangia (pembentuk gamet) untuk melindungi embrio
yang sedang berkembang. Selain itu, seperti halnya tumbuhan darat sejati,
sel-sel lumut memiliki dinding sel yang tersusun atas selulosa. Dalam setiap
sel tubuh lumut terdapat kloroplas yang berisi klorofil a dan b.
Berbeda dan tumbuhan darat sejati, lumut tidak memiliki akar, batang, dan daun yang sesungguhnya. Namun, lumut memiliki organ-organ yang menyerupai akar, batang, dan daun pada tumbuhan darat sejati. Organ yang menyerupai akar disebut rizoid (akar semu) yang berfungsi untuk melekatkan tubuh lumut pada tempat rumbuhnya dan untuk menyerap zat-zat hara dan tempat tumbuhnya tersebut. Rizoid ini merupakan organ multiseluler yang tenlihat seperti serabut.
“Batang” beberapa jenis lumut belum terdiferensiasi menjadi epidermis, konteks, dan silinder pusat. Walaupun belum memiliki xilem dan floem sebagai jaringan pengangkut, lumut memiliki hidroid dan leptoid yang serupa dengan xilem dan floem, tetapi masih sangat sederhana dan tidak berhubungan dengan “daun” atau cabang “batang”. Karena tidak memiliki jaringan pengangkut, air masuk ke dalam tubuh lumut dengan cara imbibisi melalui seluruh permukaan tubuhnya dan diedarkan melalui proses difusi ataupun melalui aliran sitoplasmanya. Sementara itu, organ yang menyerupai daun sebagian besar tersusun atas satu tebal, kecuali bagian tulang tengah (midrib) tersusun atas beberapa lapis sel.
Karena belum memiliki akar, batang, dan daun sejati, beberapa ahli memasukkan lumut ke dalam kelompok tumbuhan bertalus (Thallophyta) seperti halnya ganggang. Namun, ahli lain memasukkan lumut ke dalam kelompok tumbuhan berkormus (Cormophyta) karena dianggap sudah memiliki akar, batang, dan daun walaupun masih sangat sederhana sehingga pada akhirnya lumut dianggap sebagai bentuk peralihan antara tumbuhan bertalus dan tumbuhan berkormus.
Proses perkembangbiakan pada lumut dapat terjadi secara seksual dan aseksual. Selain itu, lumut juga mengalami pergiliran keturunan antara fase gametofit (tahap pembentukan garnet) dan fase sporofit (tahap pembentukan spora).
Fase gametofit adalah fase generatif atau fase seksual, sedangkan fase sporofit adalah fase vegetatif atau fase aseksual. Dalam fase gametofit, akan terbentuk organ kelamin jantan (anteridium) dan organ kelarnin betina (arkegonium).
Anteridium dan arkegonium terdapat di dalam struktur atau organ pembentuk gamet (gametangium). Berdasarkan letak gametangiumnya, lumut dibedakan menjadi lumut homotalus dan lumut heterotalus. Disebut lumut homotalus jika anteridium dan arkegoniurnnya terdapat di dalam satu individu (berumah satu) dan disebut lumut heterotalus jika di dalam individu yang berbeda (berumah dua).
2. Klasifikasi Tumbuhan Lumut
Berdasarkan bentuk susunan tubuh (morfologi) dan perkembangan gametangium serta sporogoniumnya, lumut dikelompokkan menjadi lumut daun, lumut hati, dan lumut tanduk. .
A. Lumut Daun (Musci)
Dalam kelompok tumbuhan lumut (Bryophyta), lumut daun merupakan kelompok terbesar dan paling bervariasi. Struktur tubuh lumut daun sudah terdiri atas organ-organ yang menyerupai akar, batang, dan daun. Organ yang menyerupai akar disebut rizoid.
Rizod juga berfungsi untuk menyerap zat-zat makanan dan substrat. Di atas rizoid, tumbuh organ serupa batang yang tingginya tidak lebih dan 15 cm. “Batang” lumut daun ditutupi oleh daun-daun kecil yang tersusun dalam pola spiral mengelilingi batang. Walaupun tidak memiliki jaringan pengangkut, beberapa jenis lumut daun memiliki semacam “pembuluh” yang mengedarkan air dan zat-zat makanan ke seluruh tubuh lumut.
Lumut daun dapat dijumpai di seluruh dunia, terutama di daerah tropis dan lembap. Lumut tersebut dapat tumbuh di antara rumput-rumput, di atas batu-batu cadas, pada batang dan cabang pohon, di rawa-rawa, di kolam atau danau, tetapi jarang di dalam air. Meskipun sebagian besar lumut daun tumbuh dengan baik di tempat-tempat lembap, ada beberapa jenis yang tumbuh di tempat-tempat kering. Beberapa jenis lumut daun tahan terhadap kekeringan selama berbulan-bulan, bahkan ada yang sampai bertahun-tahun. Salah satu contoh lumut daun yang tahan terhadap kekeringan adalah Sphagnum (Gambar di bawah ini). Lumut Sphagnum bertahan dengan cara menyimpan air di dalam sel-sel mati yang ada di daun.
Di tempat-tempat yang kering, lumut daun membentuk badan-badan yang menyerupai bantalan, sedangkan yang hidup di tempat-tempat lembap membentuk lapisan-lapisan seperti permadani. Bantalan/permadani tersebut berongga dan mampu menahan air. Lumut daun tersedia sebagai makanan bagi hewan-hewan kecil dan kemampuannya menahan air dapat mencegah erosi tanah serta banjir.
Dalam daur hidupnya, lumut daun mengalami pergiliran keturunan antara generasi gametofit dan generasi sporofit (Gambar di bawah ini). Tubuh lumut daun yang sering kita lihat merupakan struktur gametofitnya.
Pada struktur gametofit tersebut tumbuh dua macam organ pembentuk gamet, yaitu anteridium yang membentuk gamet jantan (sperma/anterozoid) dan arkegonium yang membentuk gamet betina (ovum/sel telur). Gamet jantan dan gamet betina tidak selalu dibentuk oleh individu yang sama. Pada beberapa jenis lumut daun, gamet-gamet tersebut dibentuk oleh individu yang berbeda. Dengan kata lain, ada lumut daun jantan dan ada lumut daun betina. Pada saat lumut dalam keadaan basah, misalnya karena tersiram air hujan, anterozoid berenang di dalam air menuju individu yang membawa sel telur. Setelah terjadi fertilisasi akan terbentuk zigot. Zigot tersebut kemudian tumbuh menjadi struktur sporofit. Struktur sporofit berupa batang yang menempel pada gametofit dengan sebuah sporangium pada ujung batang. Pada beberapa jenis lumut daun, di mulut sporangium terdapat operkulum yang berfungsi sebagai tutup. Operkulum dapat membuka dan menutup karena diatur oleh peristom (Gambar di bawah ini), yang tersusun atas struktur seperti gigi yang mengelilingi operkulum. Selain memiliki tutup, sporangium juga memiliki tudung yang disebut kaliptra.
Jika spora telah masak dan mengering, operkulum terbuka dan spora-spora akan keluar dari dalam sporangium. Spora-spora tersebut berukuran mikroskopis dan terbang bersama angin. Apabila jatuh pada tempat yang lembap, spora akan berkecambah menjadi protonema yang berbentuk filamen berwarna hijau. Pada protonema tersebut terdapat kuncup-kuncup yang akan tumbuh dan berkembang menjadi gametofit baru, yaitu tumbuhan lumut daun dewasa. Contoh lumut daun yang lain adalah Polytrichum (Gambar di bawah ini), Pogonatum, dan Funaria.
B. Lumut Hati (Hepaticae)
Lumut hati merupakan tumbuhan kecil dengan tinggi tidak lebih dan 1,5 cm dan permukaan tanah. Disebut lumut hati karena tubuhnya yang berupa lembaran terlihat seperti lobus hati manusia. Seperti halnya lumut daun, lumut hati memiliki struktur seperti batang yang tertanam pada substratnya melalui rizoid. Lumut hati memiliki dua kelompok besar, yaitu lumut hati berdaun yang meliputi 80% spesies lumut hati dan lumut hati bertalus. Lumut hati berdaun memiliki struktur serupa daun yang tumbuh berderet pada struktur serupa batang, bercabang atau tidak bercabang. Deretan daun tersebut terdiri atas dua deret daun besar dan satu deret daun kecil. Sementara itu, lumut hati bertalus memiliki talus yang berlapis-lapis sebagai pengganti struktur batang berdaun.
Lumut hati memiliki anggota yang hidup di hutan hujan tropis dan tempat-tempat lembap lainnya di seluruh dunia, termasuk daerah kutub. Lumut hati tumbuh di palung sungai, batang pohon, dinding lembap, tanah, serta bebatuan. Diduga, lumut hati merupakan hasil evolusi sebelum lumut daun.
Reproduksi lumut hati dapat berlangsung secara seksual dan aseksual. Secara seksual, reproduksi dilakukan dengan cara persatuan gamet jantan dan gamet betina, sedangkan secara aseksual dengan cara fragmentasi. Potongan-potongan (fragmen) hasil fragmentasi dapat tumbuh menjadi lumut hati baru. Pada beberapa jenis lumut hati, reproduksi aseksual dilakukan dengan cara pembentukan tunas di dalarn struktur khusus seperti mangkuk. Struktur tersebut dinamakan gemma cup (mangkuk tunas) (Gambar di bawah ini bagian a). Selain di dalam gemma cup, tunas dapat tumbuh pada ujung tubuhnya. Pada saat tunas-tunas jatuh ke tanah, mereka berkembang menjadi tumbuhan lumut hati baru yang serupa dengan induknya.
Contoh lumut hati adalah Marchantia polymorpha dan Riccardia pinguis. Seperti halnya lumut hati lain, Marchantia menyukai tempat-tempat yang lembap. Marchantia mudah dikenali melalui gemma cupnya. Perkembangbiakan seksual Marchantia dilakukan dengan cara pembuahan gamet betina oleh gamet jantan. Gamet betina (ovum) dihasilkan oleh arkegonium (Gambar di atas bagian b), sedangkan garnet jantan (sperma) dihasilkan oleh anteridium (Gambar di atas bagian c). Marchantia termasuk lumut hati yang berumah dua (heterotalus).
Agar reproduksi seksual dapat terjadi, lumut hati harus dalam keadaan lembap. Dengan bantuan air, sel sperma berenang menuju arkegonium untuk membuahi ovum. Hasil pembuahan berupa zigot yang akan tumbuh menjadi sporofit.
C. Lumut Tanduk (Anthocerotae)
Lumut ini disebut lumut tanduk karena memiliki generasi sporofit yang menyerupai tanduk dengan panjang 0,5 – 12 cm. Generasi sporofit tersebut tumbuh pada gametofitnya. Gametofit lumut tanduk mirip dengan lumut hati, yaitu berupa talus berbentuk lembaran berwarna hijau dengan lebar 1-2 cm. Seperti lumut lainnya, lumut daun tertanam pada substrat melalui rizoid tipis.
Lumut tanduk memiliki hanya sekitar 100 spesies yang terdapat di seluruh dunia, terutama di hutan hujan tropis. Tempat hidupnya adalah di tanah lembap yang ternaungi serta di tepi danau dan sungai. Lumut tanduk berkerabat dekat dengan ganggang laut. Walaupun merupakan tumbuhan darat, dalam percobaan, lumut tanduk mampu hidup/tumbuh di atas air. Contoh lumut tanduk adalah Anthoceros sp. dan Phaeoceros laevis (Gambar di bawah ini).
Dalam ekosistem, lumut merupakan produsen bagi hewan-hewan kecil. Selain itu, lumut menjadi tumbuhan perintis di lahan yang rusak. Bagi lumut dapat digunakan sebagai obat untuk penyakit radang hati (hepatitis) terutama lumut hati (Marchantia). Adapun lumut daun (Sphagnum) dapat digunakan sebagai bahan pembalut dan pengganti kapas. Namun lumut yang tumbuh di batu-batu candi dan pagar, selain dapat mengurangi nilai keindahan, juga dapat merusak bangunan tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar